Selasa, 16 November 2010

Pesarean Kawi dalam cerita Tujuh Backpacker

Liburan kuliah yang panjang sudah ada di depan mata, Vivit sibuk ngajak ke Pesarean Kawi Panjen. Dia gak mau liburan yang nantinya akan diisi dengan magang di salah satu tempat di Karangploso gak ada acara jalan-jalannya. Acara jalan-jalan yang direncanakan dalam waktu 2 hari 1 malam, dengan acara menginap di rumah penduduk, masjid atau musholla setempat sudah pasti akan diikuti oleh 3 orang. Aku, Vivit dan Dewin, cewek semua sih tapi asyik-asyik aja.

Sehari sebelum kegiatan Vivit memberitahu kalau personil bertambah 2 orang yaitu Lukman dan Tamzid, akhirnya ada cowok yang bisa jagain kita. Kita janjian jam 7 pagi di depan masjid kampus dan berencana perjalanan angkot ke Kawi. Jam 6 pagi pas masih siap-siap di rumah ada telepon masuk dan tanya aku lagi dimana, ternyata Nurul Peternakan yang mau ikut juga jalan-jalan. Akhirnya ada 6 personil yang siap berangkat. Aku ijin agak telat karena harus menyerahkan tugas UAS kuliah ke rumah dosen dibelakang kampus. Jam 8 kami ketemu di depan masjid kampus dan langsung menuju ke salah satu mini market untuk belanja makanan ringan untuk perjalanan.
Jam 08.10 kami naik angkot AL dari Landungsari ke Kacuk, biaya yang sangat murah karena jarak yang kami tempuh sangat jauh. Tujuan kami adalah Kacuk dan naik angkot ke Panjen dari sana. Jam 09.00 kami sampai di Kacuk dan belum sempat turun dari angkot kami sudah ditawari angkot ke Panjen. Karena supir angkot AL yang kami naiki bilang itu angkot ke Panjen, tanpa pikir panjang kami langsung menyeberang jalan dan naik angkot tersebut.

Dalam angkot tersebut kami ditawari untuk diantar langsung ke tujuan kami yaitu Pesarean Kawi, karena biaya angkot kesana sangat mahal yaitu 20 ribu per orang. Dengan biaya sewa mobil seharga 200 ribu, setelah kami pikir kami putuskan lebih baik kami naik angkot seperti biasa saja. Ibarat gambling sih, tapi emang sedikit gak percaya sih sama supir dan keneknya. Sebenarnya kami sempat tanya teman kami, Nu2 yang rumahnya di Panjen, tapi dia hanya tahu bahwa ada angkot ke Kawi tapi tidak tahu tarifnya.

Pukul 09.30 kami sampai di per4an Panjen dan tarif angkot yang barusan adalah 4 ribu. Hehehe, Vivit sempat marah tapi tidak diteruskan karena kami pikir hanya masalah uang sebesar 1.500 karena seharusnya tarif yang ditetapkan Pemda adalah 2.500 jauh dekat. Kami menunggu Nu2 yang rencananya ikut sama kami. Setelah menunggu di depan kantor pos setengah jam, pukul 10.03 Nu2 datang dan kami langsung berangkat karena di depan kami adalah pangkalan angkot. Oh ya, setelah kami tanyakan ternyata tarif angkot Panjen- Kawi adalah 8 ribu, untung kita gak kena tipu.

Perjalanan yang menempuh jarak 30an km kami tempuh dengan nyaman. Pemandangan kanan kiri jalan yang masih sangat asri khas daerah pegunungan membuat kami terjaga dan terus bercanda. Dewin yang sering jadi bulan-bulanan nasib, hehehe. Pukul 10.55 kami sampai di tempat perkampungan yang sudah sangat ramai, hmmh. Dari sana kami berjalan agak naik melewati perkampungan yang sangat padat dan sampailah kami di lokasi yang kami tuju, sebuah tempat persembahyangan dan rekreasi. Kami hanya berjalan-jalan dan tidak terlalu berisik karena ada plakat larangan mengambil foto dan berisik. Karena masih sepi dan banyak tempat yang tutup kami hanya duduk dan bercanda. Setelah bosan kami memutuskan untuk mencari masjid dan sholat dhuhur. Ternyata kami bertemu sebuah tempat sembahyang Dewi Kwan Im, setelah bertanya apa boleh mengambil foto dan diperbolehan kami berfoto-foto dan bertemu seorang bapak keterunan China dan kami mengobrol tentang kepercayaan Chamsi, buah Ndaru dan kepercayaan masyarakat akan keajaiban Kawi.

Setelah sholat dhuhur yang langsung kami jamak dengan ashar, kami melanjutkan perjalanan ke hutan dekat perkampungan. Kami memutuskan makan agak jauh dari pesarean karena Nu2 melihat banyak warung yang menjual dede (darah ayam beku yang digoreng). Merusak selera makan saja, untungnya kami bertemu bakso dan kami mengisi bensin untuk melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan ke hutan dekat perkampungan kami tidak tahu arah, akhirnya kami bertanya ke penduduk disana, dan kami diberitahu ada keraton dengan jarak 4 km. Tanpa pikir panjang kami langsung menuju keraton, jam menujukkan pukul 13.00. Perjalanan yang kami kira dekat ternyata sedikit jauh dan menanjak serta melewati hutan pinus dan meninggalkan perkampungan, perjalanan yang sedikit melelahkan kami tempuh kurang lebih satu setengah jam. Langit mulai sore dan mendung, jalan di depan kami sepertinya buntu karena tadi ada per3an dan kami memilih ke arah kanan. Akhirnya kami memutuskan untuk kembali dan mencoba jalan satunya. Disana kami bertemu penduduk dan setelah bertanya, ternyata jalan yang kami tempuh pertama tadi sudah benar, hanya tinggal sedikit dan kami akan bertemu jalan aspal.

Melihat cuaca yang tidak mendukung dan kami masih belum mendapatkan tempat untuk menginap, kami sempat terpecah menjadi 2 kubu. 1 kubu ingin melanjutkan perjalanan ke keraton (Nurul, Lukman dan Tamzid) dan aku, Vivit dan Nu2 kembali ke perkampungan karena cuaca yang tidak memungkinkan. Sedangkan Dewin belum mengambil keputusan. Dalam kondisi yang tidak memungkinkan kami bertemu dengan pemuda yang bersepeda gunung, mas Gunawan namanya. Mas Gunawan meyakinkan bahwa keraton sudah dekat, dan kalau kami belum mendapatkan tempat bermalam dia menawarkan rumahnya sebagai tempat bermalam bagi kami. Wah, tawaran yang menggiurkan. Hehehe….

Akhirnya kami bertukar nomor hp dengannya dan kami memutuskan melanjutkan perjalanan ke keraton. Toh, kalaupun kemalaman disana, kami memutuskan untuk bermalam disana. Pukul 15.00 kami sampai di keraton dan tidak buruk, sangat memuaskan malah. Tapi, Vivit dan Tamzid yang emang otaknya agak parno kepikiran yang macam-macam. Sang fotografer juga lho (Nu2), pas di daerah pemujaan agama Hindu. Hehehe….
Setelah kami berputar-putar di daerah tersebut, kami memutuskan turun karena keadaan yang sudah sore. Kami melewati jalur aspal yang sepertinya agak panjang, setelah melewati musyawarah mufakat juga. Sepertinya kami memang punya hobi musyawarah mufakat. Hehehe….

Baru beberapa menit kami berjalan dengan cepat, hujan turun dan kami melangkah semakin cepat karena tidak ada yang membawa jas hujan dan juga keadaan yang semakin sore. Setelah sampai di pesarean lagi jam 18.00 dengan bertanya- tanya kepada penduduk kami langsung mencari masjid untuk sholat dan menginap, kami putuskan tidak menginap di tempat mas Gunawan karena gak enak kalau ngrepotin.

Kami menemukan tempat menginap sebuah masjid di sekitar perkampungan dekat dengan pesarean dan kami langsung meminta ijin ke takmir. Setelah kami diijinkan menginap di masjid tersebut kami turun ke pasar untuk mencari makan malam dengan menu mie ayam, hal tersebut karena kami tidak berani makan di sekitar pesarean karena tragedy dede. Kami juga menghubungi mas Gunawan untuk konfirmasi tawarannya untuk tidur di tempatnya. Di perjalanan kami disusul mas Gunawan dan sulit juga menolak tawarannya. Setelah selesai makan kami ke rumah mas Gunawan karena dia sudah duluan pulang. Di perjalanan kami masih bingung antara menginap di masjid atau di rumah mas Gunawan.
Rumah mas Gunawan juga tidak jauh dari tempat kami makan, jam 19.15 kami sampai di rumahnya dan kami sangat terkejut karena kami bertemu dengan lelaki yang tadi kami minta ijin untuk menginap di masjid. Ternyata mereka itu bertetangga dan masjid tadi bisa ditempuh dari gang kecil di depan rumah mas Gunawan yang langsung sampai di samping masjid. Hahaha, dunia ini terlalu kecil sepertinya.

Disana kami ngobrol-ngobrol dan mas masuri menyarankan kami agar menginap di rumah mas Gunawan karena rumah itu biasa dipakai menginap teman-teman dari mana saja yang biasanya berkunjung. Karena tidak enak juga terus-menerus menolak tawaran yang baik, lagipula menyenangkan memiliki keluarga baru di tempat baru akhirnya kami memutuskan malam itu menginap di sana (vivit kayaknya masih gak rela tuh, pingin tidur di masjid). Kami mengobrol mulai dari kuliah, pengalaman, sampai cerita-cerita mitos sekitar Kawi tersebut. Setelah lelah kami istirahat jam 23.00, yang perempuan tidur di satu kamar, dan begitu juga yang laki-laki.

Jam 04.45 kami bangun dengan masih sangat malas-malasan, kami langsung antri ke kamar mandi untuk wudhu dan sholat. Wuih, dinginnya. Setelah sholat shubuh kami bersih- bersih dan jam 06.05 kami siap untuk turun pulang. Kami sedikit terburu karena semua personil banyak yang punya keperluan hari itu. Kami berterima kasih sekali atas kebaikan keluarga mas Gunawan yang menolong kami. Kami naik angkot dari depan rumah mas Gunawan.

Hawa pagi yang sangat sejuk memanjakan kami saat pulang. Jam 06.55 kami sampai di kantor pos Panjen, dan kami berjalan kaki ke rumah Nu2 yang tidak terlalu jauh dari sana. Kami mampir ke tempat Nu2 sih untuk mengcopy foto- foto di kamera Nu2 plus cari sarapan pagi, hehehehe. Sampai di rumah Nu2 jam 07.30 dan kami langsung lesehan. Rumah Nu2 sepi karena semua berangkat kerja. Terima kasih ya buat Nu2 dan ibunya yang telah member kami sarapan pecel yang sedap….

Jam 09.20 kami bersiap pulang, tapi sedikit terganggu karena sepatu Vivit yang tiba-tiba hilang sebelah. Kami cari-cari dan ketemu di dekat tempat sampah, aneh tuh karena kita gak ada yang ngaku. Mungkin kerjaan kucing dikira ikan asin kok rada bacin. Hehehe… kami pulang naik angkot pink dari depan gang rumahnya Nu2. Jam 10.50 sampai di Landungsari dan kami berpisah karena urusan masing-masing. Aku dan Nurul langsung ikut rapat Pesmaba di kampus.

Setiap hari adalah petualangan baru, tinggal kau jalani dengan semangat dan tawa bersama kawan _deeysylva_

Hidup adalah petualangan yang bertanggung jawab ( Satria Hadi Lubis )