Kehutanan Indonesia kini sering mengalami kebakaran. Sebenarnya kebakaran adalah hal yang biasa terjadi karena panasnya cuaca, namun alam akan dapat melakukan penyelamatan sendiri. Namun saat ini dengan melihat alam yang semakin memprihatinkan akan sulit bagi ekosistem hutan itu sendiri untuk menyelamatkan diri. Sebagai contoh gunung Arjuna yang mengalami kebakaran beberapa waktu lalu dan juga beberapa hutan lainnya.
Bidang kehutanan membutuhkan kecanggihan teknologi yang ada saat ini untuk melakukan upaya pencegahan dan analisis terjadinya kebakaran hutan dan lahan yang ada di Indonesia khususnya. Data penginderaan jauh dapat kita pakai untuk mendapatkan fase yang terkait dengan kebakaran itu sendiri seperti deteksi, pemadaman dan pemetaan areal terbakar. Dengan semakin berkembangnya pemanfaatan SIG yang ada saat ini maka hal ini berpengaruh terhadap bertambahnya pengadaan data-data. Hal tersebut telah menunjukkan bahwa kemajuan teknologi telah banyak membantu pengelola hutan untuk mengelola data hot spot dari stasiun penerima.
IDSN singkatan dari Infrastruktur Data Spasial Nasional adalah terobosan baru yang memudahkan orang untuk mengakses data spasial. Tujuan dari IDSN adalah memudahlkan para pengguna data spasial untuk menggunakan dataset secara konsisten sesuai dengan kebutuhan, walaupun data-data tersebut dikumpulkan oleh banyak pihak yang berbeda.
Sebagai pengelola hutan kita dapat mengetahui secara aktual apa yang dapat kita lakukan pada keadaan hutan kita, sehingga dapat mengantisipasi dan juga bertindak cepat ketika kebakaran hutan terjadi. Hal ini karena data yang didapat lebih aktual dan terpercaya.
Data-data yang didapat dari banyak pihak atau instansi akan dapat menjadi sumber informasi lahan mana yang sedang mengalami kerentanan terhadap kebakaran hutan. Hal ini dapat dilakukan dengan pengumpulan data-data yang telah ada dan juga melakukan survey lagi agar data yang didapatkan lebih akurat.
Aplikasi IDSN untuk pengendalian kebakaran hutan dan lahan Untuk aplikasi kerangka kerja IDSN dalam kaitan dengan mitigasi dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan dilakukan tahapan sebagai berikut :
1. Identifikasi pemilik data. Dataset di Indonesia ada 42 dataset, dimana dataset
tersebar dibanyak instansi, identifikasi dataset diperlukan untuk pemanfaatan data
spasial.
2. Standarisasi Data. Pembahasan standarisasi data dilakukan oleh panitia teknis pada
setiap bidang masing-masing dibawah koordinasi Badan Standardisasi Nasional.
3. Sharing Data. Untuk terjadinya sharing data, diperlukan software interoperabialitas
sehingga data-data spasial yang standart dapat dipertukarkan.
4. Akuisisi. Kepemilikan data dihubungkan dengan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI)
sehingga kastodian mempunyai kewenangan untuk menyampaikan atau menolak
memberikan data kepada pengguna.
5. Kerjasama. Kerjasama diperlukan untuk semua pemilik data/kastodian sehingga
diperlukan koordinasi dalam bentuk clearing house.

Salah satu contoh peta kerentanan kebakaran hutan dan lahan di kabupaten Sanggau yang telah dilakukan oleh para ahli.

Maka dengan adanya data-data yang diperoleh dari ISDN Indonesia sebgai negara yang memiliki banyak hutan dan sering mengalami kebakaran hutan akan dapat ditangani lebih baik, dan kita akan bisa mengantisipasinya lebih cepat. Untuk pembuatan peta kerentanan kebakaran hutan dan lahan perlu lebih ditambah parameternya agar lebih akurat dan terpercaya.
DAFTAR PUSTAKA
Application of National Spatial Data Infrastructure (NSDI) for Forest and
Land Fires Control (Case study in Regency of Sanggau West Kalimantan)
B.J. Pratondo1, Hadi S. Alikodra2, Bambang H. Sahardjo2, Priyadi Kardono3